Beberapa tahun terakhir aku mulai membawa proyek STEM ke dalam sore-sore sederhana bersama teman-teman. Tujuannya bukan hanya buat nilai—lebih ke bagaimana teori bergesekan dengan kenyataan. Di ruang bengkel sederhana, meja kayu yang penuh stiker itu jadi laboratorium mini: kabel kusut, botol plastik, buku catatan dengan coretan rumus yang berantakan, dan satu lembar sisa kertas tempat kami menuliskan hipotesis. Rasanya seperti membuka pintu kecil ke lab rahasia yang tidak pernah kita sangka ada di sudut sekolah, atau bahkan di garasi rumah yang kebetulan kami pinjam untuk “latihan hidup mandiri”.
Eksperimen pertama yang melekat di memori kami sangat klasik: rangkaian sirkuit sederhana dengan baterai, LED, dan resistor. Kami tidak punya breadboard, Jadi kabel-kabel itu kami genggam sambil mencoba mengikatnya dengan selotip. Hipotesisnya sederhana: jika kita tambahkan resistor, nyala LED akan redup. Kami tertawa ketika kabel terbuat dari kawat tipis itu saling menjepit tangan, dan LED akhirnya nyala pelan namun cukup jelas. Di saat-saat seperti itu, matematika di balik Ohm tidak lagi terasa abstrak; ia seperti cerita pendek yang bisa kita potong-potong menjadi bagian-bagian kecil untuk dihisap satu persatu. Dan ya, ada momen ketika multimeter bekas temen yang lebih tua menjelma seperti artefak antik: tombolnya tegas, bacaan angka terasa seperti kunci jawaban di ujian yang tidak pernah kita ambil.
Kemudian kami belajar bahwa eksperimen bisa berjalan lebih mulus kalau kita membiarkan keinginan ingin tahu mengarahkan langkah. Salah satu proyek favorit kami adalah mobil yang diberi tenaga dari balon—konsepnya sederhana, tapi mengajar kami tentang gaya dorong, gesekan, dan kontrol variabel. Kami membuat bodi mobil dari botol air minum bekas, mengikat balon di bagian belakang, dan melepaskan udara untuk memotong jarak. Seru? Tentu. Tapi kami juga belajar kesabaran: balon yang terlalu kencang bisa membuat mobil melibas lintasan tanpa arah, balon yang terlalu lemah tidak berkutik. Rasanya seperti belajar mempertahankan keseimbangan antara eksperimen yang menantang dan kenyataan yang kadang lebih membumi daripada teori di buku teks. Di sela-sela eksperimen, kami sering menikmati camilan kecil—keripik, teh manis, dan cerita-cerita tentang bagaimana tembok kelas bisa menjadi saksi bisu atas diskusi panjang tentang variabel yang kita uji.
Yang membuatnya terasa nyata adalah bagaimana setiap hasil, meski tidak selalu sesuai hipotesis, tetap membawa pelajaran baru. Kami mulai memahami pentingnya dokumentasi: satu paragraf singkat di kertas catatan, tanggal, apa yang kami ubah, dan bagaimana hasilnya. Tanpa catatan itu, mungkin kami hanya akan mengulang hal yang sama tanpa memahami mengapa hasilnya berbeda. Dalam suasana santai itu, aku belajar mendengar teman-teman secara lebih jujur, menghargai pendapat yang berbeda, dan menjaga semangat meskipun gagal beberapa kali berturut-turut. Ketika berhasil, euforia kecil itu jadi bahan bakar yang membuat kami ingin mencoba lagi—kalau perlu, dengan versi yang lebih rapi dan terukur.
Di balik setiap eksperimen ada pola yang sebenarnya cukup sederhana: hipotesis, pengamatan, uji coba, dan refleksi. Kami belajar bahwa eksperimen formal di buku jelas, tetapi pemahaman sejati tumbuh ketika kita merangkai potongan-potongan itu menjadi cerita. Contohnya, saat kami mencoba membuat filtrasi sederhana dari pasir, arang, dan kertas saring untuk melihat bagaimana air yang keruh bisa lebih jernih. Kami membatasi satu variabel pada satu waktu: jenis material filtrasi, kecepatan aliran, atau perbandingan ukuran partikel. Hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan, tetapi diskusinya selalu hidup: mengapa arang lebih efektif di bagian tertentu, mengapa filtrasi terlalu rapat bikin air menjadi terlalu limpuh, dan bagaimana kita bisa menyesuaikan desain tanpa mengubah tujuan utama. Kami tidak punya ruang lab canggih, tapi rasa ingin tahu kami cukup kaya untuk menuntun diskusi panjang tentang bagaimana sains bekerja sebagai sebuah proses berulang.
Inspirasi kadang datang dari hal-hal kecil yang tidak berbau teknologi tinggi. Aku juga suka menjelajah sumber-sumber daring yang ramah pelajar, karena kadang ide-ide kecil di sana bisa jadi pintu masuk untuk proyek kita sendiri. Secara natural, aku sering menemukan referensi maupun contoh proyek pada komunitas seperti zecprojects. Mereka tidak hanya membagikan rancangan, tetapi juga catatan bagaimana eksperimen itu berjalan, apa yang berhasil, dan apa yang perlu diperbaiki. Itu membantu kami memahami bahwa keberhasilan bukan sekadar LED yang menyala, melainkan proses, catatan, dan diskusi bersama yang membuat ide menjadi nyata.
Aku tidak bisa menutup catatan ini tanpa menyebut bagaimana DIY STEM mengubah cara aku melihat belajar. Proyek-proyek kecil itu mengajarkan disiplin: mengatur waktu, memilih alat dengan cermat, dan menilai risiko keselamatan dengan lebih dewasa. Mereka juga menumbuhkan kemampuan berkomunikasi, karena kami sering harus menjelaskan ide kami kepada teman yang belum sepakat atau kepada guru yang mengawasi. Dan ya, ada kebiasaan menulis jurnal singkat yang kita bangun bersama—catatan harian tentang apa yang kita coba, apa yang kita lihat, dan apa yang kita pelajari. Itu menjadi kenangan sekaligus panduan jika suatu hari kami ingin mencoba versi kedua dari eksperimen yang sama dengan peningkatan yang lebih terukur. Saat kita memilih untuk tidak berhenti pada satu proyek saja, kita belajar bahwa STEM adalah perjalanan, bukan tujuan terakhir di lembar kerja. Kini aku sering melihat ruang belajar yang dulu kami jejalkan dengan kabel kusut itu sebagai tempat lahirnya ide-ide sederhana yang bisa tumbuh menjadi projek yang berarti bagi kami dan teman-teman yang lain. Dan yang paling penting, aku percaya proyek DIY edukatif membantu kita menjaga rasa ingin tahu itu tetap hidup—bahkan ketika sekolah menuntut kita untuk bergerak lebih cepat dan lebih keras.
Beberapa bulan terakhir aku mencoba menata ulang cara belajar di rumah. Bukan dengan buku tebal…
Pernah nggak sih meja belajar di rumah terasa seperti pintu ke laboratorium kecil yang penuh…
Kamu ingat bagaimana rasa ingin tahu dulu muncul begitu saja saat kita melihat hal-hal sederhana?…
Dari Eksperimen Kecil ke Projek Pelajar DIY Edukatif Dari eksperimen kecil di dapur hingga projek…
Petualangan STEM dengan Eksperimen dan Projek Pelajar Setiap akhir pekan, aku menaruh buku catatan tua…
Eksperimen Seru di Rumah Proyek Pelajar yang Mengubah Cara Belajar STEM Di rumah, ruang tamu…